Sejarah Asal Usul Orang Madura (Legenda Raden Segoro)

Table of Contents
Jejaketnis.com - Suku Madura adalah salah satu kelompok etnis besar di Indonesia yang terkenal dengan karakteristik uniknya. Terkenal dengan intonasi bicara yang keras dan tajam, suku ini memiliki budaya yang kaya dan tradisi Islam yang kuat. 

Asal usul orang Madura memiliki beberapa versi cerita yang menarik, mencerminkan kekayaan sejarah dan budaya pulau yang mereka tempati. Artikel ini akan membahas berbagai versi asal usul orang Madura, serta nilai-nilai budaya yang mereka pegang teguh.

Sejarah Asal Usul Orang Madura (Legenda Raden Segoro)
asal usul suku madura

Asal Usul Nama "Madura"

Nama "Madura" memiliki berbagai versi asal usul, yang tercatat dalam beberapa sumber sejarah seperti babad Madura dan Kitab Negarakertagama. Salah satu cerita mengisahkan tentang Putri Bendoro Agung, seorang putri dari kerajaan Medang Kamulan di Jawa. Dalam legenda ini, sang putri diduga hamil tanpa sebab yang jelas, yang kemudian menyebabkan kemarahannya ayahnya, Sang Hyang Tunggal.

Untuk menjaga kehormatan keluarga kerajaan, sang raja memerintahkan patihnya untuk membunuh sang putri. Namun, patih tersebut tidak mampu melaksanakan perintah karena merasa bahwa kehamilan putri tersebut bukan kesalahannya. 

Akhirnya, putri tersebut ditempatkan di sebuah perahu dan dihanyutkan ke laut, di mana ia akhirnya mendarat di sebuah pulau yang kemudian dikenal sebagai Madura. Kata "Madura" dipercaya berasal dari "madu oro," yang berarti "ke arah yang luas," merujuk pada laut yang mengelilingi pulau tersebut.

Versi lain menyebutkan bahwa nama "Madura" berasal dari kata "lemah pulau," yang berarti tanah yang muncul saat air laut surut dan tenggelam saat pasang. Ini menggambarkan kondisi geografis Madura yang berhubungan erat dengan laut.

Legenda Raden Segoro

Raden Segoro adalah salah satu tokoh legendaris dalam sejarah suku Madura. Menurut cerita, Raden Segoro adalah anak dari Putri Bendoro Agung yang lahir setelah peristiwa misterius tersebut. Sejak kecil, Raden Segoro dikenal sebagai anak yang memiliki kekuatan luar biasa. 

Pada usia dua tahun, ia terlibat dalam pertarungan dengan dua naga besar yang muncul dari laut. Raden Segoro berhasil mengalahkan naga tersebut, yang kemudian berubah menjadi dua bilah tombak pusaka, yaitu Kyai Nenggolo dan Kyai Alugoro.

Tombak ini kemudian menjadi pusaka keluarga dan simbol keberanian serta kekuatan Raden Segoro. Setelah menunjukkan keberaniannya, Raden Segoro diangkat sebagai Tumenggung oleh raja Medang Kamulan. Gelar ini menandakan pengakuan atas keberanian dan jasanya dalam melindungi kerajaan dari serangan musuh.

Legenda ini menyoroti nilai-nilai keberanian dan kehormatan yang sangat dijunjung tinggi oleh suku Madura. Mereka memiliki peribahasa "Pote tollang atembang Pote matang," yang berarti lebih baik mati daripada malu, menunjukkan betapa pentingnya harga diri bagi mereka.

Sejarah dan Pengaruh Kerajaan di Madura

Sejarah suku Madura tidak bisa dipisahkan dari pengaruh kerajaan-kerajaan di Jawa. Pulau Madura pada awalnya bersatu dengan tanah Jawa, dan selama berabad-abad, berada di bawah pengaruh kerajaan Hindu Jawa Timur seperti Kediri, Singosari, dan Majapahit. Dalam Kitab Negarakertagama, disebutkan bahwa Pulau Madura pada masa itu merupakan bagian dari komunitas budaya yang sama dengan Jawa.

Pada abad ke-13, Arya Wiraraja diangkat sebagai Adipati pertama Madura oleh raja Kertanegara dari Singosari. Pusat pemerintahannya berada di Batu Putih, Sumenep, yang merupakan keraton pertama di Madura. Pengangkatan ini menandai awal mula kekuasaan lokal di Madura yang terorganisir, dan Madura mulai dikenal sebagai entitas politik yang mandiri.

Seiring dengan berjalannya waktu, Madura juga mengalami pengaruh dari kerajaan-kerajaan Islam di pantai utara Jawa, seperti Demak, Gresik, dan Surabaya. Pada tahun 1624, Madura ditaklukkan oleh Mataram dan kemudian berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda pada abad ke-18. Pengaruh dari berbagai kekuatan politik ini membentuk identitas suku Madura yang dikenal hingga saat ini.

Peran Islam dalam Budaya Madura

Islam memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari suku Madura. Ajaran agama ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk adat istiadat, hukum, dan moralitas. Tradisi Islam yang kuat di Madura bisa dilihat dari cara mereka menjalankan ibadah, merayakan hari-hari besar Islam, dan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat.

Salah satu tradisi yang terkenal adalah carok, sebuah duel yang dilakukan untuk mempertahankan kehormatan. Meskipun tradisi ini sekarang sudah jarang dilakukan, carok mencerminkan betapa seriusnya suku Madura dalam menjaga harga diri dan kehormatan keluarga. Tradisi ini juga menunjukkan bagaimana nilai-nilai Islam mempengaruhi hukum adat di Madura, di mana masalah-masalah kehormatan sering kali diselesaikan secara adat daripada melalui jalur hukum formal.

Selain itu, suku Madura juga dikenal sangat disiplin dalam hal ibadah. Masjid-masjid dan pesantren banyak tersebar di seluruh Madura, menjadi pusat pendidikan dan dakwah Islam. Hal ini menunjukkan bahwa selain menjaga tradisi, suku Madura juga sangat terbuka terhadap pendidikan dan modernisasi, selama itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mereka pegang teguh.

Pengaruh Kolonialisme dan Perubahan Sosial

Pada abad ke-18, Madura menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Kolonial Belanda. Pada awalnya, Madura berada di bawah kendali VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie), dan kemudian diambil alih oleh pemerintah kolonial India Belanda. Masa kolonial ini membawa banyak perubahan sosial dan ekonomi di Madura.

Salah satu dampak terbesar dari kolonialisme adalah perubahan struktur pemerintahan dan sistem ekonomi. Tanah-tanah di Madura banyak yang diambil alih oleh pemerintah kolonial untuk dijadikan lahan pertanian komersial, seperti tembakau dan tebu. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat Madura yang sebelumnya hidup dari pertanian subsisten, harus beralih menjadi pekerja di perkebunan atau merantau ke daerah lain.

Selain itu, kolonialisme juga membawa pengaruh dalam bidang pendidikan. Sekolah-sekolah mulai didirikan oleh pemerintah kolonial untuk mendidik anak-anak Madura. Meskipun pendidikan yang diberikan pada awalnya sangat terbatas, hal ini membuka jalan bagi generasi muda Madura untuk mendapatkan pendidikan formal dan berpartisipasi dalam pemerintahan dan ekonomi modern.

Kesimpulan

Asal usul orang Madura mencerminkan kekayaan sejarah dan budaya yang mereka miliki. Dari legenda Raden Segoro hingga pengaruh kerajaan Jawa dan kolonialisme Belanda, suku Madura telah melalui banyak perubahan dan adaptasi. Namun, mereka tetap menjaga nilai-nilai inti seperti harga diri, keberanian, dan disiplin. 

Islam juga memainkan peran sentral dalam kehidupan mereka, mempengaruhi adat istiadat dan nilai-nilai yang mereka pegang. Kini, meskipun tradisi lama seperti carok mulai ditinggalkan, suku Madura terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman, tetap menjaga identitas dan warisan budaya mereka. Untuk visualnya anda bisa lihat disini.

FAQ

  • Apa saja versi cerita asal usul nama "Madura"? Terdapat beberapa versi, termasuk legenda tentang Putri Bendoro Agung dan makna "madu oro" yang berarti "ke arah yang luas." Ada juga versi lain yang menyebutkan "lemah pulau," yang menggambarkan kondisi geografis Madura.
  • Siapa Raden Segoro dalam legenda Madura? Raden Segoro adalah tokoh legendaris yang dikenal sebagai pahlawan Madura. Ia terkenal karena mengalahkan dua naga besar dan mendapat gelar Tumenggung dari raja Medang Kamulan.
  • Bagaimana pengaruh kerajaan Jawa terhadap Madura? Madura awalnya bersatu dengan Jawa dan berada di bawah pengaruh kerajaan Hindu seperti Kediri, Singosari, dan Majapahit. Pengaruh ini mencakup budaya, agama, dan politik.
  • Apa itu tradisi carok di Madura? Carok adalah duel tradisional yang dilakukan untuk mempertahankan kehormatan. Meskipun kini sudah jarang dilakukan, tradisi ini mencerminkan betapa pentingnya harga diri dalam budaya Madura.
  • Bagaimana peran Islam dalam kehidupan masyarakat Madura? Islam sangat mempengaruhi adat istiadat, hukum, dan moralitas di Madura. Masjid dan pesantren menjadi pusat pendidikan dan dakwah, menunjukkan keterbukaan masyarakat terhadap pendidikan dan modernisasi yang sejalan dengan nilai-nilai Islam.

Post a Comment